Cinta Yang Sebenarnya - Cinta yang sebenarnya adalah cinta antara pencipta dengan yang diciptakan. Dia tidak pernah sedetikpun meninggalkan kita, begitu besar cintanya pada yang diciptakannya.Pertanyaannya apakah kita bisa begitu besar mencintaiNYA?
Terkadang kita lupa dengan pencipta kita, hanya mencintai sesama mahluk yang diciptakannya, sementara cinta dengan makhluk ciptaannya hanya bersifat semu dan sementara dan juga menyakitkan. Cinta yang bersifat Abadi hanya cinta dengan penciptaNYA, cobalah kita menjadi pencinta yang selalu mencintai pencipta kita, karena Dia tidak pernah menyakiti perasaan kita. Cinta dengan pencipta kita haruslah didasarkan dengan hati yang ikhlas dan rendah diri, karena kita hanyalah ciptaannya yang tidak bisa berbuat apapun selain dengan pertolongaNYA.
Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertempuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin. Tapi cinta itu tentu porsinya tidak melebihi cinta kita pada Allah, karena Allah mengatakan, “Katakanlah! ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta-benda yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatiri akan merugi dan rumah tangga yang kamu senangi (manakala itu semua) lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”
Prestasi kepahlawanan para pejuang tidak terlepas dari pengaruh cintanya seorang pemuda kepada pemudi. Umar bin Abdul Aziz berhasil memenangkan pertarungan cinta sucinya kepada Allah dari pada cinta tidak bertuannya kepada seorang gadis. Tidak ada yang salah pada cinta. Berusahalah menempatkannya pada tempat, waktu dan sisi yang tepat.
Terkadang kita lupa dengan pencipta kita, hanya mencintai sesama mahluk yang diciptakannya, sementara cinta dengan makhluk ciptaannya hanya bersifat semu dan sementara dan juga menyakitkan. Cinta yang bersifat Abadi hanya cinta dengan penciptaNYA, cobalah kita menjadi pencinta yang selalu mencintai pencipta kita, karena Dia tidak pernah menyakiti perasaan kita. Cinta dengan pencipta kita haruslah didasarkan dengan hati yang ikhlas dan rendah diri, karena kita hanyalah ciptaannya yang tidak bisa berbuat apapun selain dengan pertolongaNYA.
Cinta sejati hanyalah pada Rabbul Izzati. Cinta yang takkan bertempuk sebelah tangan. Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya. Dia berikan kita cinta kepada anak, istri, suami, orang tua, kaum muslimin. Tapi cinta itu tentu porsinya tidak melebihi cinta kita pada Allah, karena Allah mengatakan, “Katakanlah! ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta-benda yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatiri akan merugi dan rumah tangga yang kamu senangi (manakala itu semua) lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”
Prestasi kepahlawanan para pejuang tidak terlepas dari pengaruh cintanya seorang pemuda kepada pemudi. Umar bin Abdul Aziz berhasil memenangkan pertarungan cinta sucinya kepada Allah dari pada cinta tidak bertuannya kepada seorang gadis. Tidak ada yang salah pada cinta. Berusahalah menempatkannya pada tempat, waktu dan sisi yang tepat.
Comments :
0 Comments to “Cinta Yang Sebenarnya”
Post a Comment